Saat ku bercermin, ku melihat sebuah sosok yang tak asing
lagi bagiku. Sosok yang begitu ku kenali, tapi siapa sosok yang ku lihat itu?
Siapa sosok yang sedang tersenyum kepadaku itu?. Mungkinkah dia mengenali
diriku? Apakah sebelumnya aku pernah bertemu dengannya?. Entahlah, siapa sebenarnya
sosok yang ada di cermin itu.
Ku bertanya-tanya dalam hati, “Mengapa dia menatapku begitu
dalam sambil tersenyum?. Adakah sesuatu
yang aneh pada diriku sampai dia menatapku dengan cara seperti itu?.” Tak jua
ku temukan jawaban dari pertanyaanku, hingga aku melihat ada sesuatu yang aneh
dengan sosok itu. Senyumannya berubah, tak lagi sama seperti awal ku melihat
sosoknya di cermin. Ada yang mengganjal dari senyumannya. Tapi apa, apa yang beda
dari senyum yang pertama kali kulihat dengan senyuman yang sekarang. Bisakah
aku menjawab teka-teki ini, aku pun ragu dapat melakukannya karena ku tak tahu
apa yang berbeda. Ku mulai mencoba melihat lebih dalam ke senyuman itu. Namun,
tetap saja tak ku temukan jawaban dari pertanyaan hatiku. Aku mulai menyerah
memahami apa yang berubah dari senyuman itu.
Tiba-tiba samar-samar terdengar suara, “Jangan menyerah,
pahamilah apa yang sedang terjadi. Jangan hanya mengandalkan mata mu tapi
lihatlah dengan hati kecil mu. Dengarlah apa yang hati kecilmu katakan”.
Mendengar suara itu aku semakin bingung, apa yang sebenarnya yang sedang ku
alami ini, mengapa begitu penuh dengan teka-teki. Mungkin benar yang suara itu
katakan, ku harus mendengarkan kata hati kecilku, jangan hanya melihat tapi tak
merasakan.
Perlahan ku mulai menutup kedua mataku, mencoba meresapi apa
yang sebenarnya yang ku alami. Semakin dalam ku masuk ke dalam hati kecilku, ku
dengar ia berbicara dengan suara yang begitu lemah, penuh sesak. Ku bertanya
pada hati kecilku, “Ada apa dengan mu hingga suaramu begitu sesak? Apakah kau
baik-baik saja? “. Sang hati kecil menjawab dengan suara lemahnya “Ak….aku
ke..ee..lelahan”. kembali aku bertanya “Kelelahan kenapa? Apa yang telah kau
lakukan hingga kau begitu kelelahan dan begitu banyak luka di tubuhmu?”. Dengan
suara yang nyaris habis sang hati kecil menjawab “ Kenapa aku harus menjawab
pertanyaanmu, jawabannya sebenarnya ada pada dirimu sendiri. Apakah kau tak
sadar telah berbuat apa denganku hingga aku begitu kelelahan dan tubuhku penuh dengan luka?”. Aku
semakin bingung dengan jawaban hati kecil itu, mengapa ia menyalahkan aku,
memangnya aku salah apa hingga membuat
hati kecil terluka. Cukup lama aku terdiam, hingga sang hati kecil menegurku
“Kau masih belum bisa mengerti ucapanku yang tadi?”. “Iya” jawabku singkat.
“Apakah kau ingin mendapatkan jawaban dari hatimu dan sang hati kecil yang
tubuhnya penuh luka ini?” tanya sang hati kecil. “Iya, sangat ingin” kembali ku
jawab dengan singkat.
Sang hati kecil tiba-tiba diam. Lama sekali ia diam hingga akhirnya aku menegurnya “Ada apa denganmu?”. “Tidak, tidak ada apa-apa, hanya saja …. “ jawab sang hati kecil. “Hanya saja apa?” tanyaku. “Sudah saatnya kau mendapatkan jawabannya “ kata sang hati kecil. “Caranya? Kataku. “Bukalah mataku perlahan dan perhatiakan dengan seksama senyuman dari sosok yang kau lihat di cermin, dengarlah apa yang hatimu katakan, rasakan apa arti dari senyuman itu”. Itulah kata terakhir sang hati kecil sebelum ku membuka mata ku secara perlahan. Ku ikuti saran dari sang hati kecil, perlahan ku mulai membuka mataku melihat sosok yang ada di cermin itu yang sejak tadi masih tersenyum. Ku mulai meperhatikan senyuman dari sosok hati itu dengan seksama dan dengan hati, tiba-tiba aku menetaskan air mata. Ada air mata yang jatuh membasahi pipiku, aku teramat takut. Aku takut melihat senyuman dari sosok yang ada di cermin itu, aku melihat ke dalam matanya lebih dalam dan dalam lagi. Semakin aku dalam menatap mata itu, semakin deras air mata yang bercucuran membasahi pipi ku. Hati ku semakin terasa perih, seperti tersayat-sayat.
Kini aku tahu apa yang berbeda dibalik senyuman di cermin itu ternyata jawabannya ada di matanya, di matanya aku melihat begitu banyak luka, sampai-sampai aku pun ikut terlarut ke dalamnya dan bisa merasakan apa yang sosok ini rasakan di balik senyuman palsunya yang menyembunyikan begitu banyak luka. Dan semua luka itu tersimpan di balik matanya. Mata yang jika hanya sepintas kau lihat begitu indah, tapi jika kau berhenti sejenak dan memperhatikannya kau akan tahu dan merasakan luka yang begitu pedih dari mata yang kau lihat indah di luar tetapi di dalamnya penuh dengan luka.
Sang hati kecil tiba-tiba diam. Lama sekali ia diam hingga akhirnya aku menegurnya “Ada apa denganmu?”. “Tidak, tidak ada apa-apa, hanya saja …. “ jawab sang hati kecil. “Hanya saja apa?” tanyaku. “Sudah saatnya kau mendapatkan jawabannya “ kata sang hati kecil. “Caranya? Kataku. “Bukalah mataku perlahan dan perhatiakan dengan seksama senyuman dari sosok yang kau lihat di cermin, dengarlah apa yang hatimu katakan, rasakan apa arti dari senyuman itu”. Itulah kata terakhir sang hati kecil sebelum ku membuka mata ku secara perlahan. Ku ikuti saran dari sang hati kecil, perlahan ku mulai membuka mataku melihat sosok yang ada di cermin itu yang sejak tadi masih tersenyum. Ku mulai meperhatikan senyuman dari sosok hati itu dengan seksama dan dengan hati, tiba-tiba aku menetaskan air mata. Ada air mata yang jatuh membasahi pipiku, aku teramat takut. Aku takut melihat senyuman dari sosok yang ada di cermin itu, aku melihat ke dalam matanya lebih dalam dan dalam lagi. Semakin aku dalam menatap mata itu, semakin deras air mata yang bercucuran membasahi pipi ku. Hati ku semakin terasa perih, seperti tersayat-sayat.
Kini aku tahu apa yang berbeda dibalik senyuman di cermin itu ternyata jawabannya ada di matanya, di matanya aku melihat begitu banyak luka, sampai-sampai aku pun ikut terlarut ke dalamnya dan bisa merasakan apa yang sosok ini rasakan di balik senyuman palsunya yang menyembunyikan begitu banyak luka. Dan semua luka itu tersimpan di balik matanya. Mata yang jika hanya sepintas kau lihat begitu indah, tapi jika kau berhenti sejenak dan memperhatikannya kau akan tahu dan merasakan luka yang begitu pedih dari mata yang kau lihat indah di luar tetapi di dalamnya penuh dengan luka.
Tangis pun semakin menjadi-jadi ketika ku perhatikan dengan
seksama wajah di cermin itu, ternyata itu adalah WAJAH KU. Kenapa aku baru
menyadari sekarang itu adalah wajah ku sendiri. Dan ternyata sang hati kecil
yang berbicara dengan suara lemah kepada ku adalah hati kecil ku sendiri yang
mencoba memberitahuku bahwa ia sudah sangat kelelahan dan tubuhnya pun penuh
banyak luka. Mata ku pun mencoba berbicara kepadaku lewat senyuman yang penuh
arti itu. Sejahat itu kah diriku? Sampai tubuh dan perasaan ku sendiri
merasakan luka yang teramat menyiksa. “MAAF” hanya kata itu yang bisa ku
ucapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar